MEMBANGUN MOTIVASI, KEPEDULIAN DAN HUBUNGAN POSITIF
DENGAN CUSTOMER
DEFINISI
MOTIVASI
Motivasi
adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk
bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak
memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari
dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri,
faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar
adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi
dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.
Pada
dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau
menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi motivasi
kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit. Jika kita memikirkan uang
supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan seseorang mencari uang
untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orangyang mengejar uang
karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang untuk meraih
kenikmatan.
Menurut
Walgito (2002):
Motif
berasal dari bahasa latin movere
yang berarti bergerak atau tomove
yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat
(driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait
dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi.Menurut Caplin (1993) motif
adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,
yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat
(driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait
dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi.Menurut Caplin (1993) motif
adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,
Memelihara
dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran.
Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap
situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).Sedangkan
menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam
yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu.
Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap
situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).Sedangkan
menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam
yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu.
Menurut
Gunarsa (2003):
Terdapat
dua motif dasar yang menggerakkan perilaku
seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk
mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam,
yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,
kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam
Mahmud, 1990).
seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk
mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam,
yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,
kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam
Mahmud, 1990).
Terlepas dari beberapa
definisi tentang motif diatas, tentu kita dapat menarik
suatu kesimpulan bahwa motif adalah suatu dorongan dari dalam diri individu
yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu pula.
Sementara itu motivasi didefinisikan oleh MC. DOnald (dalam Hamalik, 1992)
sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga
unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu:
suatu kesimpulan bahwa motif adalah suatu dorongan dari dalam diri individu
yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu pula.
Sementara itu motivasi didefinisikan oleh MC. DOnald (dalam Hamalik, 1992)
sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga
unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu:
1. Motif dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya
perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar.
perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar.
2. Motif ditandai dengan
timbulnya perasaan (afectif
arousal), misalnya karena
amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya.
amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya.
3. Motif ditandai oleh
reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan.
Menurut Terry (dalam
Moekjizat, 1984):
Motivasi
adalah keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk
bertindak.latihan atau kegiatan lainnya yang menimbulkan suatu perubahan secara
kognitif,afektif dan psikomotorik pada individu yang bersangkutan.
Menurut
Chung dan Meggison adalah:
Motivasi
merupakan prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar
suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan fermormasi
pekerjaan)
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar
suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan fermormasi
pekerjaan)
Menurut
Heidjrachman dan Suad Husnan adalah:
Motivasi
merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorangagar mau melakukan sesuatu
yang diinginkan.Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya defenisi diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya
mengandung unsur dorongan dan keinginan.
Teori-teori
motivasi
- Teori Insentif: Yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan. Misalnya, Anda mau bekerja dari pada sampai sore karena Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan intensif berupa gaji. Jika Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan bekerja lebih giat lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible atau intangible. Seringkali sebuah pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.
- Dorongan Bilogis: Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk di dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan lebih haus lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar saat mencipum bau masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah atau bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan hidup.
- Teori Hirarki Kebutuhan: Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan pengakuan sosial, kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.
- Takut Kehilangan vs Kepuasan: Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang memotivasi manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kempuasan (terpenuhinya kebutuhan). Takut kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah dimiliki. Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan gaji. Ada juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini termasuk faktor kepuasan. Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat dibanding meraih kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi sebaliknya.
- Kejelasan Tujuan: Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan)
Ada tiga teori
motivasi yang biasa dijelaskan, yaitu (1) teori dorongan (drive theory), (2)
teori insentif (insentive theory), (3) teori proses terbalik, (4) teori level
optimal.
1.
Teori Dorongan (Drive Theory)
Mengatakan bahwa
perilaku didorong ke arah tujuan oleh kondisi yang mendesak (driving state) dalam
diri orang atau binatang. Bila kondisi dorongan internal itu muncul, individu
didesak untuk berprilaku dengan cara yang sedemikian rupa sehingga mengurangi
intensitas dari kondisi mendesak tersebut.
2.
Teori insentif (Insentive Theory)
Memberi tekanan
pada perilaku yang dimotivasi oleh insentif. Ada sesuatu tentang tujuan itu
sendiri yang memotivasi perilaku. Teori insentif adalah ”teori-teori dorongan” tentang
motivasi, karena ciri-ciri tertentu yang mereka miliki, objek tujuan mendorong
perilaku ke arah tujuan tersebut. Hal penting dari teori insentif adalah bahwa
individu mengharapkan kenikmatan dengan mencapai apa yang disebut insentif
positif dan menghindari apa yang dikenal sebagai insentif negatif.
3.
Teori-proses-terbalik (Opponent-process- theory)
Berbicara
tentang motivasi untuk mendapatkan kenikmatan setelah mengatasai tantangan.
Individu dimotivasi untuk mencari tujuan yang memberikannya perasaan emosi yang
enak dan menghindari tujuan yang menghasilkan ketidakenakan. Dasar teori ini
adalah pengamatan bahwa keadaan emosi-motivasi diikuti pleh keadaan yang
bertentangan atau berlawanan. Motivasi ini sering ditemukan pada orang yang
senang menyerempet bahaya untuk mendapatkan kenikmatan setelah bebas dari bahaya
itu.
4.
Teori-level-optimal
Berbicara
tentang motivasi yang timbul untuk mengejar level optimal. Teori ini biasa
disebut Just-Right Theory (teori yang baik-baik saja). Individu dimotivasi
untuk berperilaku alam suatu cara untuk mencapai tingkat dorongan (arousal)
yang optimal.
PENGERTIAN MOTIVASI DIRI
Motivasi Diri
adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Motivasi diri
merupakan sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan
bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk
bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah
proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap
orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun
seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan
ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak berdayaan.
Memotivasi diri
adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak
tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara
harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang
diinginkan bisa kita capai. Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi (dalam
hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi
dalam tubuh kita bisa mengalir kembali.
Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri sendiri. Namun, membangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-hambatan pada diri sendiri masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang tidak mau bermimpi, sebab ada sebuah faktor yang masih belum diselesaikan, yaitu faktor keberdayaan. Jadi, sebaiknya sebelum kita membangun mimpi, kita harus membangin rasa percaya diri terlebih dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi besar jika kita tidak percaya diri untuk mencapainya?
Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang bolong, angan-angan, atau khayalan belaka. Mereka mengatakan ingin, tapi tidak ada tindakan yang terjadi. Hanya ada dua penyebab, harapan meraih mimpi yang tidak ada dan/atau mereka merasa tidak mampu meraih impian tersebut.
Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri sendiri. Namun, membangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-hambatan pada diri sendiri masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang tidak mau bermimpi, sebab ada sebuah faktor yang masih belum diselesaikan, yaitu faktor keberdayaan. Jadi, sebaiknya sebelum kita membangun mimpi, kita harus membangin rasa percaya diri terlebih dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi besar jika kita tidak percaya diri untuk mencapainya?
Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang bolong, angan-angan, atau khayalan belaka. Mereka mengatakan ingin, tapi tidak ada tindakan yang terjadi. Hanya ada dua penyebab, harapan meraih mimpi yang tidak ada dan/atau mereka merasa tidak mampu meraih impian tersebut.
FAKTOR MOTIVASI DIRI
Ada dua faktor motivasi diri yaitu mengejar
kenikmatan dan menghindari kesengsaraan atau rasa sakit. Namun jika dipersempit
lagi, hanya ada satu faktor motivasi, yaitu cinta. Semakin besar cinta kita,
akan semakin besar motivasi yang bangkit.
Anda bisa
memanfaatkan kekuatan cinta ini untuk mendapatkan motivasi diri. Tentu
saja, tidak sebatas cinta terhadap lawan jenis, tetapi cinta kepada hal lainnya
juga. Saat Anda mencintai pekerjaan Anda, Anda akan memiliki motivasi yang
cukup saat bekerja.
TIPS UNTUK MEMOTIVASI DIRI
Terkadang kita merasakan kejenuhan, tidak bersemangat dalam menjalani
hidup. Anda merasa butuh adanya motivasi dari orang lain.Mungkin cara ini bisa
berhasil. Namun, untuk kemudian bisa berubah dan bersemangat, kuncinya ada pada
diri Anda sendiri.
Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan motivasi lebih baik, selain diri
kita sendiri. Ada beberapa tips untuk memotivasi diri sendiri, yaitu :
1. Menuliskan tujuan pada selembar kertas.
Untuk bisa memotivasi diri, Anda harus memahami tujuan yang hendak Anda
capai. Lakukan refleksi, apa yang sebenarnya Anda inginkan. Kemudian, Anda
harus mengembangkan perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Pilihan yang Anda tentukan, haruslah realistis, sesuai logika. Anda tidak
bisa memilih jalan yang Anda rasa tidak sanggup untuk menjalankannya. Akhirnya,
Anda akan menemukan kegagalan dan keputusasaan, sebelum mencapai tujuan
tersebut.
Tempelkan lembaran kertas yang berisi tujuan pada ruang yang sering
Anda lihat. Anda bisa memilih di cermin kamar, lemari, dinding, atau tempat
mana saja yang Anda sering melihat dan membacanya. Setiap hari, sekurangnya
baca tulisan itu 5 kali, agar selalu teringat dengan tujuan yang ingin Anda
capai dan memiliki motivasi diri untuk mencapainya.
Setiap hari pula, catatlah apa saja hal yang telah Anda lakukan untuk
semakin mendekatkan Anda dengan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan cara
ini, Anda akan menyadari apakah tujuan itu masih jauh, semakin dekat atau
hampir tercapai.
2. Berhenti menunda
Menunda adalah kebiasaan yang bisa membunuh impian dan motivasi diri Anda.
Tetapkan batas waktu untuk mencapai satu tujuan, dan berpeganglah dengan batas
waktu yang Anda tentukan sendiri. Dengan memiliki perasaan dikejar batas waktu,
Anda akan lebih fokus dan berusaha untuk memenuhi tujuan tersebut.
Namun berhati-hatilah, jangan sampai menentukan batas waktu yang membuat
Anda stres dan frustasi, dan hanya akan merusak mental dan pikiran Anda.
Pikirkanlah batas waktu yang tepat dan tetap membuat Anda nyaman dalam
menjalaninya.
3. Reward untuk diri sendiri
Cobalah untuk memberikan hadiah atau menghargai diri Anda sendiri ketika
berhasil menyelesaikan satu bagian dalam perencanaan untuk mencapai tujuan
Anda. Ini akan menjadikan Anda memiliki harapan, menyuntikkan motivasi diri
Anda, agar bisa menyelesaikan bagian-bagian berikutnya untuk memperoleh
hadiah yang lebih baik.
Ingat, jika Anda telah menyelesaikan satu rencana, segeralah membuat
rencana baru dan pastikan batas waktunya. Orang yang sukses akan selalu mencari
cara untuk mengembangkan diri mereka dan kehidupan mereka.
4. Bersenang-senanglah
Dalam melakukan pekerjaan, Anda sering dihadapkan dengan masalah ataupun
beban pikiran yang berat. Rasa humor yang cukup, bisa menjadi salah satu kunci
untuk sukses. Cobalah untuk tidak terlalu berat memikirkan masalah dan
pekerjaan.
Belajarlah untuk menikmati apa yang Anda lakukan setiap hari, sehingga bisa
tetap memiliki motivasi diri dan merasa antusias. Dengan tetap memiliki
perasaan tersebut, Anda bisa membantu diri sendiri mengontrol tingkat stres
yang Anda miliki.
Motivasi diri sendiri memiliki keuntungan tersendiri dan juga memacu diri
untuk bisa lebih berkembang, lebih baik, dan mengarah pada kesuksesan.
Dengan memotivasi diri sendiri, berarti Anda juga bisa menciptakan
jalan-jalan baru untuk melangkah mencapai tujuan Anda.
JENIS
JENIS KONSEP DIRI
Menurut William D.Brooks
(dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang
menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada
yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang
negatif.
Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep diri yang positif adalah :
- Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
- Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
- Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
- Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
- Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Dasar
konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan
hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal
dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri
negatif adalah :
- Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
- Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.
- Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
- Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
- Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Pernyataan lain
menyebutkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif maupun positif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Individu
yang memiliki konsep diri negatif http://belajarpsikologi.com/jenis-jenis-konsep-diri/meyakini
dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai
kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri
negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan
akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.
Individu
yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri
dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan
yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun
dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya
sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan
di masa yang akan datang.
Dengan
melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa http://belajarpsikologi.com/jenis-jenis-konsep-diri/
karakter konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda
antara ciri karakteristik konsep diri positif dan karakteristik konsep diri
yang negatif.
Individu
yang memiliki konsep diri positif dalam segala sesuatunya akan menanggapinya
secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Ia akan percaya diri, akan bersikap
yakin dalam bertindak dan berperilaku. Sedangkan individu yang memiliki konsep
diri negatif akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia
akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu
secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari
lingkungannya.
LOYALITAS KONSUMEN
PENGERTIAN LOYALITAS
Menurut
Jill Griffin (2005 : 4) pengertian Loyalitas adalah:
“Loyalitas
pelanggan adalah perilaku pembelian yang didefinisikan pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke
waktu oleh beberapa unit pengambil keputusan”.
Dan
menurut Fandy Tjiptono (2007 :110) mengatakan bahwa :
“Loyalitas
pelanggan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, pemasok
berdasarkan sikap yang sangat positif tercermin dalam pembelian ulang yang
konsisten”
Dari
kedua definisi loyalitas diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep loyalitas
lebih mengarah pada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap (attitude)
dan seorang konsumen yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelian yang
didefinisikan sebagai pembeli yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu
oleh beberapa unit pembuatan keputusan.
KARAKTERISTIK
LOYALITAS
Loyalitas dapat
didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Adapun karekteristik Pelanggan yang
loyal adalah orang yang :
1.
Melakukan
pembelian berulang yang teratur;
2.
Membeli
antar lini produk dan jasa;
3.
Mereferensikan
kepada orang lain;
4.
Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
Seorang konsumen
dikatakan loyal jika ia mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk menggunakan
lagi jasa yang diberikan secara rutin. Banyak perusahaan meluncurkan program –
program tertentu yang tujuannya meningkatkan loyalitas konsumen misalnya :
a.
Pemberian Reward, cara ini biayanya tinggi dan jika tidak
dikelola dengan baik akan menjadi bumerang bagi perusahaan dan sulit dihentikan
apabila dihentikan akan menimbulkan ketidakpuasan konsumen.
b.
Memberikan pelayanan dengan menyajikan keunggulan dan
diferensiasi di mata konsumen, hal ini dapat menimbulkan ketertarikan konsumen
terhadap produk/jasa lain.
Tetapi program – program untuk meningkatkan loyalitas
pelanggan sebaiknya tidak dilakukan secara terus menerus karena konsumen
nantinya tidak dapat membedakan antara produk inti atau extra service.
TAHAP – TAHAP MENUMBUHKAN LOYALITAS PELANGGAN
Perusahaan
mempunyai peluang yang besar untuk mengubah pembeli menjadi pelanggan yang
loyal dengan Tahap – tahap :
a.
Suspect, adalah
orang yang mungkin membeli produk atau jasa kita, dan kita belum terlalu yakin
konsumen akan membeli;
b.
Prospek, adalah
orang yang membutuhkan produk atau jasa kita dan memiliki kemampuan untuk
membeli;
c.
Prospek
yang diskualifikasi, adalah prospek yang telah cukup kita pelajari untuk
mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan untuk
membeli;
d.
Pelanggan
pertama kali, adalah orang yang membeli produk kita satu kali;
e.
Pelanggan
berulang, adalah orang yang membeli produk kita lebih dari satu
kali;
f.
Klien, adalah
orang yang membeli apapun yang kita jual dan dapat ia gunakan;
g.
Penganjur,
adalah pendukung membeli apapun yang kita jual dan dapat ia gunakan serta
membeli secara teratur;
h.
Pelanggan yang hilang, adalah seorang klien yang belum
membeli produk kita lagi dalam batas waktu pembelian normal.
KEUNTUNGAN DARI
PELANGGAN YANG LOYAL
Jill Griffin (2005 : 13) mengemukakan keuntungan jika
perusahaan memiliki pelanggan yang loyal yaitu :
a.
Penjualan
naik karena pelanggan membeli lebih banyak;
b.
Memperkuat
posisi perusahaan di pasar karena pembeli membeli produk kita daripada produk
pesaing
c.
Biaya
pemasaran menurun karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk memikat pelanggan
berulang;
d.
Lebih
terlindungi dari persaingan harga karena pelanggan yang loyal kecil
kemungkinannya terpikat dengan diskon;
e.
Pelanggan
yang puas cenderung mencoba lini produk kita dengan demikian membantu kita
mendapatkan pangsa pelanggan yang lebih besar.
PENGARUH
PELAYANAN PRIMA TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
Dalam menghadapi persaingan yang ketat dalam industri
sebuah perusahaan harus jeli dalam membaca situasi dan keinginan dari konsumen
sehingga berfokus pada konsumen dapat diwujudkan dengan harapan perusahaan
memperoleh keuntungan dan kesetiaan atau loyalitas dari konsumen.
Pelaksanaan layanan istimewa atau pelayanan prima oleh
pihak perusahaan terhadap pelanggan, baik itu yang ditujukan untuk pelanggan
intern maupun pelanggan ekstern mempunyai peranan penting dalam bisnis karena
kelangsungan perusahaan sangat tergantung dari loyalitas para pelanggan kepada
perusahaan. (Atep Adya Barata, 2005 : 32).
Dengan memberikan pelayanan prima kepada pelanggan
eksternal, diharapkan adanya peningkatan loyalitas pelanggan eksternal terhadap
perusahaan, sehingga dari waktu ke waktu perusahaan akan mampu memelihara dan
meningkatkan penjualan barang atau jasa dan sekaligus dapat meraih keuntungan
sebagaimana yang diharapkan (Atep Adya Barata, 2005 : 34).
Salah satu ahli lain mengemukakan bahwa pelanggan semakin
sadar akan haknya dan menuntut pelayanan yang paling prima sehingga pelanggan
menjadi pelanggan yang loyal (Aso Sentana, 2006 : 95 ).
Jika suatu perusahaan memberikan senyum,
pujian dan keperdulian maka perusahaan akan memperoleh satu hal yang
menguntungkan dari pelanggannya yaitu kesetiaan (Aso Sentana, 2006 : 85 ).
0 Response to "MEMBANGUN MOTIVASI, KEPEDULIAN DAN HUBUNGAN POSITIF DENGAN CUSTOMER"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan Sopan
No SARA
No spam (Link Aktif)
Jika anda ingin mendapatkan file utuhnya silahkan hubungi admin atau request di kolom komentar dengan menyertakan email anda
Insya Allah akan kami balas secepatnya
Terima kasih telah berkunjung jangan lupa di share gan....!!!!!