PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP
KINERJA PEGAWAI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
PENDAHULUAN
Manajemen sumber daya manusia dapat menjadi sumber kapabilitas
organisasi yang memungkinkan perusahaan atau organisasi dapat tumbuh dan
berkembang untuk mencapai tujuan organisasi. Penerapan Sumber daya manusia
(SDM) yang baik untuk mencapai kinerja yang optimal, tentu harus terdapat
kepemimpinan yang tepat dengan menerapkan budaya organisasi yang sesuai. Budaya
organisasi akan mengatur seluruh sumber daya manusia yang terdapat dalam
organisasi yang tunduk kepada norma-norma maupun nilai-nilai organisasi. Dengan
demikian di dalam organisasi dapat tercipta kinerja yang baik dan didukung
dengan kepemimpinan yang transformasional. Melalui transformasi ide atau
gagasan yang diterima oleh bawahan dari sosialisasi yang dilakukan pemimpin. Tentu
menunjukkan keharmonisan kerja yang dapat menciptakan kinerja yang sesuai
dengan tujuan organisasi. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten
Jembrana yang beralamat di Jalan Udayana No. 29 Negara-Bali. Merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan air minum. Ternyata terdapat
kinerja pegawai yang belum optimal, diduga karena kepemimpinan yang tidak
transformasional dan budaya organisasi yang lemah. Ditunjukan pada laporan
hasil Evaluasi Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum di Kabupaten Jembrana Tahun
2014. Kinerja PDAM yang dinilai berdasarkan pedoman penilaian menurut Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tanggal 31 Mei 1999, mendapatkan nilai
kinerja 53,93 dengan kategori “cukup” (Anonim, Laporan Hasil Evaluasi Kinerja
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Jembrana Tahun 2014).
Berdasarkan data dari 10 orang pegawai diantaranya memiliki
kinerja rendah. Maka, hal ini mencerminkan kinerja pegawai PDAM masih belum
optimal. Selain itu pada bagian lain seperti bagian umum belum mampu menangani
dokumen sesuai standar yang diberlakukan oleh PDAM. Pada bagian hubungan
langganan juga belum mampu memenuhi target pelanggan yang telah ditentukan.
Fakta tersebut mengindikasikan bahwa kinerja menurun diduga karena penerapan
kepemimpinan transformasional yang belum tepat dan rendahnya budaya organisasi.
Menurut keterangan dari pegawai bagian pelaksana di PDAM Jembrana, bahwa
pimpinan pada perusahaan telah melakukan upaya yang digolongkan dalam
kepemimpinan transformasional seperti, pemimpin memberikan reward pada bawahan,
pemimpin bersedia mendengarkan dan memberi masukan-masukan kepada bawahan.
Rendahnya kepemimpinan transformasional yang diterapkan dikarenakan pimpinan
terlalu berorientasi terhadap hasil kinerja tanpa memperhatikan bagaimana
kesiapan kondisi bawahan. Permasalahan berikutnya kinerja pegawai PDAM di
Kabupaten Jembrana yang belum optimal diduga karena budaya organisasi pada
perusahaan yang belum tepat. Aturan dan kebijakan organisasi, merupakan contoh
yang paling jelas untuk hal yang terkait dengan nilai. Budaya organisasi yang
belum tepat dilakukan oleh pegawai diperoleh dari masih terdapatnya
ketidakhadiran di kantor, ketidakhadiran mengikuti apel, dan capaian kinerja
belum optimal. Hasil dari penjumlahan kuesioner di PDAM Jembrana pada bulan
Agustus 2015. Diperoleh rata-rata budaya organisasi yang diterapkan oleh
pegawai masih dalam kategori rendah, sehingga hal tersebut menjadi cerminan
jika pada PDAM Jembrana pegawai masih belum efektif menerapkan budaya organisasi.
Dugaan faktor kepemimpinan transfomasional berpengaruh terhadap
rendahnya kinerja dikarenakan kepemimpinan transformasional selalu menuntut
adanya perubahan di dalam organisasi tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dari
bawahan dan minimnya pemberian suatu reward. Sedangkan budaya organisasi
yang terdapat di PDAM Jembrana kurang begitu efektif dalam meningkatkan suatu
kinerja. Budaya yang dipergunakan saat ini belum terimplementasi dengan tepat
melalui aturan dan kegiatan dari perusahaan. Yukl (2012: 306) apabila
kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi atau budaya
apapun, maka terjadi hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan
efektivitas yang ditiru oleh banyak bawahan yang berada pada tingkatan otoritas
berbeda, sehingga memudahkan dalam peningkatan kinerja. Teori ini didukung
dengan hasil penelitian dari Hendriawan (2014), dengan penelitian yang
dilakukan pada gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan pada PT. Dwimitra Multiguna Sejahtera Konawe Utara dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan dan Budaya organisasi memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Dwimitra
Multiguna Sejahtera Konawe Utara. Kepemimpinan identik dengan kegiatan
mempengaruhi bawahan atau kelompok untuk bekerjasama dalam mencapai suatu
tujuan. Kepemimpinan transformasional merupakan jenis dari bentuk-bentuk
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Bass. Menurut Lako (2004: 92) kepemimpinan
transformasional adalah pemimpin yang memotivasi para pengikut, kolega,
subordinat atau kliennya untuk melakukan sesuatu dan mencapai kinerja tertentu
melebihi dari apa yang semula diekspektasi. Kepemimpinan transformasional
merupakan pengembangan dari model kepemimpinan yang baru, sehingga dalam
penerapannya terkadang menggunakan suatu otoritas dan kekuatan. Kepemimpinan
transformasional timbul sebagai akibat dari seringnya terjadi perubahan dalam
arus yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang
memberikan contoh dan pengaruh pada bawahan, sehingga bawahan turut melakukan
hal yang sama dan terlibat untuk kegiatan yang dilakukan, yang berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja yang dapat melebihi suatu standar berdasarkan
nilai-nilai yang diterapkan. Kepemimpinan transformasional muncul akibat
terdapatnya suatu kekurangan dari model kepemimpinan sebelumnya. Terdapat suatu
faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional sehingga faktor
tersebut menjadi suatu dimensi. Dimana faktor –faktor yang timbul tersebut
berasal dari suatu kelemahan maupun kelebihan beserta komponen-komponen yang
ada. Menurut Wahjono (2010: 294) komponen-komponen kepemimpinan transfomasional
adalah (1) Idealized influnce,(2) Inspirational motivation, (3) Intellectual
stimulation, (4) Individualized consideration. Supriyanto dan
Machfudz (2010: 290) mengelompokan dimensi dan indikator kepemimpinan
transformasional menjadi (1) karisma, (2) inspirasi, (3) stimulasi intelektual,
(4) konsiderasi Individu. Di Indonesia, Budaya Organisasi mulai diperkenalkan
di era 1990-an ketika banyak dibicarakan perihal konflik budaya, bagaimana
mempertahankan budaya Indonesia serta pembudayaan nilai-nilai baru. Davis
(dalam Lako, 2004:29) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pola
keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan
oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi
dasar aturan berprilaku dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan
nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari,
diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai
sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berprilaku dalam organisasi untuk
mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Indikator budaya organisasi
menurut Robbins yaitu (1) inisiatif individu, (2) toleransi resiko, (3) arahan,
(4) integrasi, (5) dukungan manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8) sistem
imbalan, (9) toleransi konflik, dan (10) pola komunikasi.................
0 Response to "Makalah : PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan Sopan
No SARA
No spam (Link Aktif)
Jika anda ingin mendapatkan file utuhnya silahkan hubungi admin atau request di kolom komentar dengan menyertakan email anda
Insya Allah akan kami balas secepatnya
Terima kasih telah berkunjung jangan lupa di share gan....!!!!!